Bimocorner-dua musim terakhir, dominasi MotoGP semakin dikuasi tim-tim asal Eropa. Meskipun pada akhirnya, Jepanglah yang keluar sebagai juara diakhir musim.
Namun ini bisa menjadi sinyal bahaya bagi Pabrikan Jepang (Suzuki, Honda dan juga Yamaha). Mereka seperti hanya mengandalkan satu pembalap saja.
Berbeda dengan tim-tim Eropa yang berhasil menang dengan nama-nama rider yang berheda.
Ada asumsi bahwa regulator berperan besar dalam naiknya perfoma tim-tim Eropa. Namun, ini baru asumsi dan tidak bisa dikonfirmasi secara pasti.
Ketimbang menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi, mending langsung mencari informasi dari orang dalam yang sangat paham tentang tim-tim Jepang.
Ramon forcada, seorang yang sekarang berstatus pengangguran, mantan crew chef RNF Yamaha yang sudah mengenal betul sosok timnya ini membuka alasan sebenarnya tim-tim Jepang semakin tertinggal dari Eropa.
Menurut Forcada, ada sebuah idealisme dari tim Jepang yang sebenarnya sudah tidak bisa lagi diterapkan untuk MotoGP saat ini.
"Ketika Anda berada di merek Jepang dan mereka membawakan Anda sekrup 6 maka sekrup itu akan sempurna & tidak akan pernah rusak," kata Ramon Forcada dikutip dari tmcblog.
"Tetapi jika mereka membawanya kepada Anda dari Ducati, mereka akan carikan dari Toko Hardware, dan jika rusak mereka memberi tahu Anda ‘kami akan membelikan yang lain, jangan khawatir’, dan Anda akan mendapatkannya dalam sehari, tetapi orang Jepang akan memakan waktu tiga bulan. Dan itu setengahnya kehidupan di sini."
Tim Jepang masih memegang arti kesempurnaan dalam sebuah pekerjaan. Mereka lebih mengedepankan hal itu, ketimbang waktu.
Ada rasa takut untuk berbuat salah dan berinovasi secara liar. Bukan karena mereka tidak mampu berinovasi, tapi adanya tekanan yang datang jika inovasi itu gagal.
Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kondisi yang diterima di Ducati. Mereka lebih fleksibel, dan mau menerima kesalahan, dengan konsekuensi mencari solusinya lagi, jika pun gagal lagi, tetap mendapatkan kesempatan yang mungkin tidak terbatas.